Ketiadaan bendera RI di samping moncong KF-21 itu disadari abad Presiden Yoon Suk Yeol berpidato di depan jet tersebut ketika berkunjung ke markas Korea Aerospace Industries (KAI), seperti dikutip dari Aviaci.
Padahal, sebelumnya bendera Indonesia terlihat berdampingan dengan bendera Korea Selatan, mirip waktu pesawat itu terbang perdana pada 20 Juli kemudian.
Seoul diduga menanti langkah-langkah positif Indonesia untuk mulai menanggung ongkos pembuatan KF-21 sebelum mereka menyerahkan pesawat. Sebab, RI sampai kini disebut belum juga melunasi seluruh pembiayaan mirip yang sudah disepakati.
Berdasarkan komitmen, Indonesia diminta menanggung 20 persen ongkos pengembangan tahap pertama program KF-21 ialah sekitar US$6,5 miliar. Sementara Korsel akan menerima pengantaran teknologi yang diperlukan untuk memproduksi sekitar 50 hingga 60 unit pesawat.
Namun Indonesia terus menunda kontribusinya sampai tamat tahap pertama simpulan hanya membayar seperempat dari komitmen. Baru pada permulaan Juli pembayaran dilanjutkan dan menurut informasi, pembayaran dikerjakan dengan bentuk komoditas, bukan dalam mata uang.
Meski begitu, relasi antara RI-Korsel sejauh ini masih tampak normal. Menteri pertahanan Korea Selatan dan Indonesia bahkan bertemu beberapa waktu lalu.
Pertemuan itu menekankan kembali akad RI kepada proyek KF-21.