Sebelumnya, pemerintah Indonesia sudah melaksanakan Analog Switch Off (ASO) dan menggantinya dengan siaran digital. Setelah itu, frekuensi eks TV analog akan dipakai untuk menyediakan jaringan 5G, yang diklaim lebih singkat dibanding 4G.
Berdasarkan Ericsson Mobility Report, ada nyaris setengah juta ponsel di Tanah Air telah mampu menggunakan jaringan 5G. Pada tahun depan, pemerintah pun akan melelang frekuensi 700 Mhz eks TV analog antara lain untuk jaringan 5G.
Melansir Bleeping Computer, Badan Infrastruktur dan Keamanan Siber AS (CISA) mengidentifikasi tiga jenis serangan yang lumrah ditujukan terhadap jaringan ini.
Serangan pertama ialah Denial of Service (DoS) yang bermaksud mengusik layanan. Dampak dari serangan ini ialah pengguna tidak bisa menggunakan jaringan sebagaimana mestinya.
Mengutip situs Palo Alto Networks, peretas yang memakai teknik DoS akan membanjiri jaringan sasaran dengan permintaan yang berlebihan, atau mengirim berita yang mengakibatkan kesemrawutan. Biasanya, peretas akan menyasar server situs-situs penting seperti perbankan, pemerintahan, atau e-commerce.
Serangan kedua yakni dengan memanfaatkan tata cara kontrol yang salah dikonfigurasi. Sementara, serangan ketiga disebut dengan Man-in-the-middle (MitM) pada terusan jaringan yang tidak terenkripsi.
Serangan MitM tidak cuma akan mengungkap berita diam-diam di dalam jaringan dan mengekspos data pengguna. Lebih dari itu, serangan tersebut juga akan membolehkan penyusup memodifikasi pesan di dalam jaringan sehingga mengakibatkan misinformasi.
CISA sendiri telah mengeluarkan beberapa nasehat untuk melawan serangan itu. Salah satunya yaitu dengan menerapkan empat lapis manajemen dan pemantauan kepada jaringan.
Empat lapis itu secara lebih rinci yaitu Network Slice Subnet Management Function (NSSMF), Network Slice Management Function (NSMF), Communication Service Management Function (CSMF), dan Capability Exposure Platform.
Lebih lanjut, tutorial CISA juga menyarankan operator jaringan 5G menggunakan solusi pemantauan yang bermacam-macam. Itu karena metode tersebut menciptakan data berlawanan yang mampu digunakan untuk menerima isu soal kegiatan jaringan yang tidak diizinkan.
Beberapa tipe pemantauan jaringan yang direkomendasikan adalah: Performance Management, Quality of Service (QoS), Security Controls, Control plane Communication, User-plane Communication, dan Anomaly Detection.