DETAIL.ID, Jakarta – Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto mengungkapkan, Mabes Polri sudah tahu akan ada ancaman serangan teroris sejak Januari lalu. Namun, karena tidak ingin meresahkan masyarakat, aparat kepolisian hanya melakukan capacity building atau peningkatan kemampuan.
“Mabes Polri sudah tahu ancaman dari Januari itu, sehingga meningkatkan capacity building, dalam arti pengamanan melekat, senjata tetap nempel di badan. Sehingga, kalau ada suatu pergerakan bisa secepatnya diringkus,” kata Wawan dalam diskusi Polemik MNC Trijaya, Sabtu 3 April 2021.
1. Polri tak ingin mencolok, sehingga hanya lakukan capacity building
Strategi yang dilakukan Polri itu, kata Wawan, memang agar tidak mencolok dan meresahkan masyarakat. Sebab, pelayanan publik harus tetap berjalan dan tidak boleh terganggu.
“Memang kita tidak ingin mencolok. Pelayanan publik jangan sampai terganggu seolah-olah negeri ini sedang darurat. Tapi tetap melekat (senjata), sehingga saat ada gesekan bisa secara singkat diatasi,” jelas Wawan.
2. Polisi dinilai menghalangi langkah para teroris, sehingga jadi sasaran serangan
Wawan menerangkan, aparat kepolisian memang menjadi sasaran teroris. Alasannya, karena para teroris menilai aparat kepolisian akan menghalangi langkah-langkah mereka.
“Kenapa diserang kepolisian? Kepolisian ini kan memang bertugas untuk membendung langkah mereka,” ucap Wawan.
3. Serangan terduga teroris ZA di Mabes Polri
Serangan teror di Mabes Polri, Jakarta Selatan, pada Rabu, 31 Maret 2021 pukul 16.30 WIB, dilakukan oleh terduga teroris berinisial ZA dan berjenis kelamin perempuan. Berpakaian gamis hitam dan berjilbab biru, ZA memasuki pintu 3 Gedung Utama Mabes Polri, dengan alasan ingin menyerahkan surat ke Setum Polri.
“Pukul 16.35 WIB pelaku tidak menuju Setum, yang bersangkutan malah bergerak ke arah penjagaan utama Mabes Polri, dan bertemu petugas jaga bernama Iptu Suriyono (anggota Yanmas Mabes Polri),” kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Argo Yuwono lewat keterangan tertulisnya, Kamis 1 April 2021.
Kepada petugas jaga, ZA kembali mengaku ingin menyerahkan surat ke Setum Polri, sehingga diantar hingga masjid Mabes Polri, namun tidak sampai Setum Polri. Pukul 16.45 WIB, pelaku teror tidak mendatangi Setum Polri dan kembali ke Pos Penjagaan Utama Mabes Polri, dan disapa Bripda Aldo.
“Tiba-tiba yang bersangkutan mengeluarkan senjata jenis pistol dan menembakkan ke arah penjagaan petugas jaga sebanyak tiga kali,” kata Argo.
Serangan itu sempat mengenai Bripda I Gede Kajeng, dengan tembakan diarahkan ke bagian kepala, namun ditutupi tangan sehingga mengenai lengan kiri, dan korban mengalami luka bengkak.
ZA menembak sebanyak enam kali. Tiga kali ke polisi di dalam pos, dua yang ada di luar, kemudian menembak lagi ke anggota yang ada di belakangnya.
“Polisi kemudian melakukan penembakan untuk melumpuhkan pelaku, kemudian pelaku meninggal dunia di tempat. Selanjutnya dilakukan olah TKP (tempat kejadian perkara) oleh Pusinafis Mabes Polri,” papar Argo.
Discussion about this post